Sudah hari ke-24 Ramadhan nih, target apa saja yang sudah
terpenuhi? Sudah khatam Al-Quran belum? Kalau saya sih belum hehehe. Oh iya by
the way karena saya baru di Surabaya, walaupun sebelumnya saat lulus SMA juga sempat
di Surabaya tapi tentu saja semua berbeda dari lima tahun yang lalu. Perlu banyak
adaptasi lagi dan mengamati hal-hal baru yang saya tidak temui di Malang.
Pada Ramadhan kali ini, hidup saya terlalu monoton sama
seperti yang sudah saya nyatakan di post sebelumnya bahwa saya hanya
guling-guling, nonton drama korea, ngegym dan cari makanan enak dan pas
dikantong mahasiswa tentunyaa. Ketika melewati beberapa sudut jalan di Kota
Surabaya, banyak sekali banner yang menampilkan adanya pop-up bazaar dengan
guest star artis atau yang memamerkan brand dari artis. Tidak hanya sekarang
tetapi sering sekali saya mengetahui bahkan menghadiri pop-up bazaar di
Surabaya. Pop-up bazaar sangat banyak dijumpai di Surabaya dengan tema yang
telah disesuaikan dengan event organizernya.
Saya sebagai mahasiswa melihat pop-up bazaar ini sebagai
ajang untuk memotivasi semua kalangan pemilik usaha kecil menengah dengan
segudang inovasi dan kreatifitasnya untuk maju terlebih kalangan anak muda. Bagaimana
tidak, pengisi stand hampir 60% merupakan produk hasil inovasi dan kreatifitas
anak muda dalam menciptakan suatu produk bernilai tambah. Ada berbagai inovasi
makanan, minuman, benda unik, baju dan lainnya. Pernah tidak minum susu yang
dikemas kedalam tempat infus? Atau susu yang dikemas kedalam dot bayi? Atau susu
yang dikemas kedalam botol menyerupai bohlam lampu yang dapat menyala? Churros
isi dengan berbagai rasa? Kue cubit berbagai rasa? Kue pancong berbagai rasa?
Saya jamin pasti kalian pernah memakan minuman dan makanan kekinian tersebut
atau paling tidak melihatnya viral di media sosial.
Lah kalau misalnya sudah viral kenapa musti ngadain pop-up bazaar untuk mewadahi mereka? Pasti pertanyaan seperti ini sering muncul juga. Semua vendor memiliki trik atau strategi bisnis masing-masing untuk mempromosikan dagangan atau bisnisnya. Namun pop-up bazaar ini bisa menjadi penetrasi sebuah bisnis untuk mengepakkan sayapnya. Kenapa bisa? Hampir sebagian besar pengunjung pop-up bazaar merupakan anak kalangan muda dan sisanya adalah keluarga yang secara sengaja meluangkan datang atau tidak sengaja berada di tempat yang sama dengan tempat pop-up bazaar tersebut. Nah potensi dari total jumlah pengunjung tersebut belum tentu pernah mampir ke akun instagram para peserta bazaar apalagi yang digembok hehehe.
Ketika pop-up bazaar diselenggarakan, pasti sebelumnya
diviralkan terlebih dulu di media sosial. Sekitar 50% dari pembaca poster pasti
melihat list peserta bazaar. Ketika sebelumnya dia membayar ongkir atau harus
pre order terlebih dulu untuk mendapatkan minuman, makanan atau barang yang
dicarinya, pada pop-up bazaar semua tersedia secara nyata tinggal pilih
kemudian bayar dan hal ini biasanya yang menjadi alasan saya datang ke pop-up
bazaar. Belum ketika saya misalkan membawa pulang minuman, makanan dan barang
yang saya beli dan mempromosikan ke teman kos atau teman kampus (world of
mouth) maka pop-up bazaar menjadi strategi bisnis tersendiri untuk meningkatkan
omzet dan promosi bisnis.
Karena potensi-potensi yang telah saya jelaskan diatas, Surabaya
dapat mengembangkan diri dalam membangun industri kreatif yang melibatkan usaha
kecil dan menengah yang sebagian besar promotornya adalah anak muda untuk
meningkatkan perekonomian Surabaya dengan cara yang berbeda. Seperti kata
Soekarno “Beri aku sepuluh pemuda, maka akan kuguncang dunia!”. Dari seruan
Soekarno tersebut mampu menggambarkan dari hal kecil seperti pop-up bazaar yang
digagas kalangan muda, Surabaya dapat meningkatkan nilai perekonomian dan
menjadi kota inspirasi dalam menggagas ide kreatifitas dan inovasi diindustri
kreatif.
Oh iya tau tidak sekarang ASTRA sudah 60 berkarya dan
menginspirasi saya salah satunya untuk menjadi bagian dari ASTRA dengan menjadi
salah satu pegawainya. Saya memiliki keinginan untuk dapat ikut menyumbangkan
ide dan kemampuan dalam membangun negeri dengan ASTRA. Namun ternyata saya
belum jodoh dengan ASTRA, tapi tenang masih ada kesempatan lain. Untuk kalian
yang memiliki mimpi saya denganku ingin bergabung dengan ASTRA bisa cek dua post
saya mengenai recruitment yang diadakan ASTRA.
Beberapa
waktu yang lalu ketika Dhaihatsu mengundang salah satu ulama untuk menjadi
pembicara saat khotbah jumat. Kebetulan saat itu temanya sedekah dan dihimbau
untuk bersedekah. Karena minimalnya waktu yang ada kalau pegawai memberikan
sedekahnya satu per satu sangat menyita waktu sedangkan peraturan jam sangat
ketat. Hal tersebut yang juga menginspirasi saya bahwa ASTRA menanamkan
disiplin sehingga dapat menjadi perusahaan multinasional yang kokoh. Nah karena
keterbatasan waktu, akhirnya tercetus ide untuk meletakkan saja sedekahnya
ditempat pegawai duduk nanti akan ada yang mengambil sedekahnya. Terkejutnya ketika
pegawai beranjak untuk bekerja kembali, karpet masjid penuh uang yang
berserakan dan jumlah nominalnya tidak main-main yaitu sekitar 87 jutaan. Selain
profesionalisme dalam hal pekerjaan, ASTRA memberikan ruang yang luas untuk
beribadah bahkan saya pernah melihat teman saya update lomba ngaji antar
pegawai ASTRA. Saya semakin terdorong untuk bergabung dengan ASTRA, semoga
beruntung di recruitment selanjutnya….
Tulisan ini diikutkan blog competition 60 Tahun ASTRA #Astra60Surabaya
No comments:
Post a Comment