Source: liputan6.com |
Minggu ini adalah minggu terakhir masa perkuliahan kami. Semester depan semester tanpa perkuliahan tapi berdarah-darah. Semester yang isinya motivasi diri bagaimana selesai thesis dan publikasi dalam satu waktu, aku yakin kita seangkatan pasti wisuda bareng di UACC. Nah topik yang paling hangat dibicarakan diantara kami adalah perkara resign. Di kelas penjurusanku tidak banyak memang yang kerja, sepertinya tidak kurang dari lima orang. Bukan karena kami kind of crazy rich surabayan tapi emang yaa pengen fokus sama kuliah aja. Banyak wacana tentang resign diantara kami, ada banyak tanggapan sih, seperti apa?
"Eh kok resign sih kalian? Kita malah pengen cari kerja"
Baik, sebelumnya aku mau memberikan perspektif sebagai mahasiswa setengah pekerja. Jam kerja kami rerata dari jam 07.00-17.00 kemudian perkuliahan dimulai pukul 18.30-21.00 bisa lebih bisa kurang. Perjalanan dari kampus ke kosan atau rumah atau mampir makan dulu, sekitar jam 22.00 sampai di kosan atau rumah. Sampai kamar udah capek dan ngantuk, ngerjain tugas udah gak maksimal lagi. Dengan beberapa pertimbangan bisa memutuskan tidur terlebih dulu kemudian shubuh mulai ngerjain lagi. Kehidupan yang tidak sehat bukan?
Belum lagi guna memenuhi persyaratan lulus kami harus melakukan banyak hal, seperti mendatangi seminar, workshop dan kegiatan lainnya yang memakan banyak waktu. Buat yang kerja pasti tahu apa konsekuensi sering izin. Banyak dari kami memanfaatkan cuti untuk sekedar memenuhi kewajiban tersebut, tapi alih-alih cuti adalah hak pekerja, tidak semudah itu mengajukan cuti bukan?
Ada beberapa cerita yang bisa kalian sikapi sendiri seperti ngelihat teman yang sehabis acara selesai langsung larian ke parkiran buat kembali ke kantor, ponsel tak hentinya bunyi di kelas karena atasan riweuh sama absennya kita dikerjaan dan lainnya. Temanku yang satu bimbingan sama aku sampai sekarang bahkan belum mendapat tanda tangan dari dosen pembimbing karena tidak bisa izin. Belum lagi saat masa bimbingan, ada banyak hal yang akan berbeda dari rencana. Sudah janjian ketemu eh tapi seharian nunggu ternyata rapat terus-terusan dan berakhir cancel. Kerjaan terbengkalai urusan thesis pun tertunda, sedih banget kan jadinya. Sama seperti peristiwa bimbingan hari ini, kami janjian pagi kemudian dosen pembimbing mengubah jadwal jadi siang hari. Kesibukan beliau dan hal lainnya kami baru bisa bertemu jam 18.00 dan itu pun untungnya masih mau menghadapi kami, kalau tidak? Buang waktu seharian untuk sesuatu yang sia-sia. Dalam bimbinganku ada satu kakak tingkat yang per 1 November kemarin resign. Alasannya sama, "dosennya susah ditemui nah kalau aku susah juga buat ketemu kapan aku selesainya dek".
Beberapa ilustrasi diatas bisa kan ya bayangin bagaimana hectic-nya jadi mahasiswa setengah pekerja. Kerjaan numpuk, atasan riweuh dan tugas kuliah juga numpuk duh kalau tidak bisa maintain hati, badan dan pikiran bakalan drop. Namun keputusan resign itu bukan keputusan gampang, banyak yang harus dipersiapkan, apa saja?
1. Tabungan
Kamu harus pastikan tabunganmu cukup untuk menghidupimu disaat menjadi mahasiswa pengangguran. Nominal tabungan menyesuaikan kebutuhanmu sih jadi kamu pasti bisa mengira berapa uang yang harus dicadangkan untuk bisa hidup dengan cukup di masa mendatang.
2. Kondisi mental
Kobisa kondisi mental sih han? Yap kondisi mental menjadi tugas terbesarmu sebelum kamu resign. Hal ini bisa dikategorikan ke life quarter crisis. Dimana kita merasa tidak cukup dengan diri kita sendiri pada umur 20an. Saat teman sebaya bangga dengan pencapaiannya, eh kitanya sibuk sama text book, saat teman sebaya sibuk merencanakan pernikahan atau menimang bayinya eh kita sibuk gimana penelitian, saat teman sebaya happy menerima gajinya bahkan bonusan kitanya mikirin uang buat publikasi atau bayar SPP, lucu kadang. Tapi ada loh teman-temanku yang memutuskan menikah juga tapi kuliah yaa jalan, bahkan ada yang jum'at masih ujian eh sabtunya menikah. Tapi percayalah kamu tidak sendiri, kamu hebat sampai saat ini. Kamu hebat telah berani memutuskan dan telah melakukan satu langkah diluar zona nyamanmu dengan sangat bijaksana. Tuhan akan membuat semuanya menjadi mudah bagi orang yang menuntut ilmu. Rezeki dan jodoh akan datang pada waktu dan saat yang tepat, bersabarlah.
3. Siap hemat
Gimana mau tidak hemat, yang tadinya tiap bulan ada uang masuk eh cash flow kacau seketika. Ada celetukan lucu dari seorang teman, seperti ini:
"Han janji loh nanti ke ARC tiap hari"
Aku janji bakalan ada di ARC setiap hari rek, bukan kenapa karena kalau AC aku hidup 24 jam gak sanggup aku bayar listriknya hahahaha. ARC akan jadi tempat ternyamanku dengan duniaku, percayalah.
"Gimana nanti kita ketemunya rek"
"Kalau ada promoan kalian mau ngumpul ga?"
"Kita semua punya hobi berbeda, bisakah tetap seperti ini"
"Plis saling motivasi antar kita ya rek"
"Gabisa rebutan yupi lagi dong"
"Gabisa ketawa bareng karena kebodohan kita"
Kalian bisa mempertimbangkan banyak hal sebelum memutuskan resign termasuk beberapa hal yang aku jelasin diatas. Jangan lupa ajak diskusi orang terdekat untuk keputusan besarmu, untuk kamu, untuk masa depanmu. Eh iya sebelumnya aku mau merekomendasikan salah satu buku berjudul "Resign karya Almira Bestari" tapi jangan baper sama alur ceritanya lalu bayangin atasan kita akan sesempurna itu. Apapun motivasi kalian resign, kalian hebat dengan pilihan kalian, teruslah berjuang! Terakhir aku bakalan rindu kalian, sahabat yupiku...
No comments:
Post a Comment