Source: macleodoptometry.ca |
Sore itu sama seperti sore ku yang lain. Tidak ada yang istimewa, seperti biasa pulang kantor aku langsung menuju kosan. Ditengah jalan tiba-tiba terdengar sirine ambulance yang memecah suara deru kendaraan sore itu. Seperti biasanya aku selalu menepi jika ada ambulance. Tapi ada yang berbeda kali ini. Aku menepi dengan tergopoh-gopoh hingga hampir tidak memperhatikan jalanan dengan baik. Semakin nyaring sirine ambulance terdengar nyaring, semakin dekat ambulance dengan posisiku. Begitu melewati posisiku berada, aku secara reflek tertegun. Tidak seperti biasanya aku terlalu melibatkan perasaanku.
Sekilas otakku flashback pada memori beberapa tahun lalu dimana aku berada di ambulance dengan mami didepan mataku terbujur kaku dengan balutan kain kafan, is that you mi? Otakku terus bertanya-tanya saat itu. Apa benar yang berada didepanku ini mami? Kenapa harus mami? Aku senakal itu kah sampai mami tiba-tiba pergi secepat ini? Banyak sekali pikiran pendekku saat itu. Aku bingung kenapa orang-orang menangis. Aku juga bingung kenapa pula aku menangis. Jiwaku terguncang dalam satu waktu mi. Aku tidak bisa berpikir. Mami yang beru saja pamit mau keluar sama kakakku ternyata menjadi kata pamit selamanya :)
Ambulance juga mengingatkanku pada peristiwa dimana karena peristiwa kecelakaan itu, kakakku harus dipindahkan dari rumah sakit di kotaku ke rumah sakit tetangga sebelah. Paniknya aku saat itu pada keadaan kakakku, sakitnya aku kehilangan orang yang paling aku butuhkan saat itu, sedihnya aku ngeliat kakak aku berjuang. Entahlah semua campur aduk kala itu.
Ambulance mengingatkanku pada kenangan buruk masa lalu. Sirinenya yang nyaring mengingatkanku pada tanda akan datangnya sesuatu hal yang tidak baik. Ada hal mendesak yang harus segera dilakukan. Makanya kadang agak jengkel sama perilaku orang yang tidak peduli pada pergerakan ambulance, pernah berpikir keluargamu butuh pertolongan cepat didalamnya?:"
Sore itu sirine ambulance membuatku kalut pada kenangan masa lalu. Eh dasarnya hatiku macam agar-agar ya jadilah aku nangis. Semesta seakan berkonspirasi untuk mengeluarkan air mataku, playlist pun memutar Ibu-Fiersa Besari dari sekian banyak lagu yang ada diplaylistku. Baiklah aku kalah, sukses nangisnya.
Terkadang kita reflek flashback pada kejadian masa lalu ketika berada disituasi tertentu, Pernah merasakannya? Please comment :)
No comments:
Post a Comment